Minggu, 21 Juni 2020

Menulis Itu Ribet, Iya Kan?



Beberapa orang mempunyai keinginan untuk tuangkan inspirasi serta pemikiran berbentuk tulisan. Tetapi sering saat baru mengawali beberapa paragraf atau kalimat, otak berasa berat serta keinginan itu juga hilang saat itu juga. 

Umpatan seperti, duh depresi, kok jadi malas gini ya, kalimatnya kok gak menyambung?, Kok tulisannya ngalur kidul, kok inspirasi yang ingin dicatat mendadak hilang?

Wajar jika beberapa kata di atas terucap saat otak berasa statis saat menulis sebab tidak kesemua orang terlatih tuangkan inspirasi serta pemikiran lewat tulisan. Apa menulis itu sesulit serta seribet itu?

Tiap orang mempunyai kekuatan saat menulis sebab semenjak kecil juga kita telah dilatih untuk menulis. 

Masih peringatkan saat orangtua atau guru memerintah menulis nama kita dalam selembar kertas saat kecil? Awalannya berasa susah tetapi saat dicoba berkali-kali, rupanya dapat serta tidak sesulit yang dipikirkan. Pokoknya ada 2 yakni latihan serta usaha.

Tanpa ada latihan, tulisan kita seperti layangan terlepas. Terbang ke sana kesini tanpa satu kendali yang erat. Makin seringkali orang tuliskan idenya tanpa ada diakui dia akan mendapatkan ciri-ciri tertentu yang tercantum pada tulisannya. 

Misalnya style tulisan saya pasti tidak sama dengan style tulisan seseorang. Langkah pemakaian tuturnya akan tidak sama. Saya semakin pilih memakai bahasa yang resmi serta sesuai dengan EYD sedang penulis lain semakin nyaman dalam bahasa enjoy serta tidak mengaplikasikan EYD. 

Usaha jadi kunci. Tulisan akan usai bila kita telah memberi waktu serta perhatian kita semasa proses tulisan itu. 

Misalnya saya ingin membuat tulisan di Kompasiana di atas 1.000 kata. Mendadak baru menulis 150 kata, pemikiran berasa jemu. Saya juga stop serta meneruskan esok 150 kata lagi sampai pada hari ke 7 tulisan yang diharapkan usai serta rupanya lebih dari pada 1.000 kata.

Memahami Jenis Ayam Bangkok Yang Terkenal

Kuncinya niatkan hati untuk selalu menulis walau ini hari cuma dapat menulis sedikit tetapi kita masih berupaya untuk mengakhiri pasti tulisan akan selesai walau memerlukan waktu semakin panjang.

Banyak masalah dimana mahasiswa alami stres sebab skripsinya tidak selesai walau telah beberapa bulan atau sekian tahun tidak usai. Faktanya satu inspirasi buntet saat akan menulis. Walau sebenarnya bila diniatkan menulis cuma 2 lembar /hari semestinya 3- 4 bulan telah selesai (di luar bila ada revisian dosen)

Ada fakta spesial kenapa menulis itu berkesan repot.

Pertama, calon penulis telah berekspektasi semakin pada tulisannya. Ini seringkali berlangsung saat kita akan tuangkan inspirasi lewat tulisan. 

Misalnya kita akan mengawali tulisan di Kompasiana. Hal pertama yang ada ialah keinginan akan terdapat beberapa pembaca, memperoleh tanggapan positif, memperoleh merek pilihan atau artikel penting dan lain-lain.

Belum menulis tetapi beban sang penulis berasa berat pada akhirnya tulisan jadi statis atau saat baru menulis beberapa paragraf langsung dihapus sebab menganggap tulisan tidak memperoleh hasil sesuai dengan ekspetasinya.

Ke-2, pilih tema yang begitu berat. Buat penulis pemula semestinya hindari tema yang begitu berat atau belum begitu dikuasainya. 

Misalnya penulis A mempunyai keinginan ingin menulis tema pergolakan politik di tanah air. Walau sebenarnya kesehariannya dia jarang-jarang memperbaharui info mengenai situasi politik tanah air atau informasi yang didapatkan mengenai politik datang dari dialog dengan rekan sejawat. 

Automatis saat akan menulis, dia akan memulai kebimbangan sebab info yang ingin diberikan tidak masak sebab tema yang diangkat tidak dikendalikan.

Ke-3, begitu meribetkan data untuk pendukung tulisan. Data atau rujukan dalam tulisan memang penting. Adanya data atau rujukan yang benar akan membuat tulisan jadi memiliki bobot, bisa dipertanggungjawabkan dan informatif.

Masalahnya jika anda seorang penulis pemula tetapi ingin membuat tulisan penuh akan data-data simpatisan. Ini yang membuat otak berasa capek sebelum kita mengawali satu tulisan.

Misalnya saya ingin menulis mengenai kemampuan militer di Indonesia. Saya selanjutnya cari info berapa besar budget militer, berapa kuat alutsista yang dipunyai tentara kita, jumlah pasukan yang ada dan lain-lain. Walau sebenarnya ini kali pertamanya saya coba menulis dalam suatu artikel. Akhirnya data yang didapatkan belum tercukupi tetapi kemauan menulis telah hilang.
Share:
Lokasi: Indonesia

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Featured Post

Boeing towards axe a tenth of its own employees as strike proceeds

 Boeing will certainly axe its own labor force through a tenth - reducing 17,000 tasks - as well as hold-up manufacturing as the aeroplane m...

Recent Posts

Unordered List

Pages

Theme Support