Pemikiran terlontar ke waktu yang lalu? Waktu spesifik, waktu yang tidak terlewatkan? Sah-sah saja, selama tidak mengganggu hidup sekarang serta mendatang.
Kembali kenang waktu dulu memang bergantung mood. Orang terkadang berjalan di jalan ekstrim dimana tidak perduli dengan waktu dulu. Waktu lalu biarkan berlalu, kira saja angin kemarin. Tuturnya.
Tetapi, seorang dapat juga terdiam di titik ektrim yang berseberangan. Bukan hanya terusik, dan juga terbelenggu waktu dulu.
Rekanan Kompasianer pasti punyai langkah tertentu dalam menanggapi waktu dulu. Bila terlanjur ada di satu dari dua kutub ekstrim seperti di atas, tidak semestinya begitu lama dalam ketidakpedulian atau sebaliknya dalam keterbelengguan. "Experience is the best teacher." Begitu bernilai bila pengalaman berlalu demikian saja, tanpa ada animo serta gestur.
Salah satunya menghargai apakah yang sempat kita alami ialah memaknainya. Dari demikian langkah memaknai waktu dulu dengan mengekspresikannya berbentuk tulisan. Serta dari beberapa macam tulisan, yang sangat pas untuk memaknai momen yang telah berlalu ialah narasi lagi (recount).
Recount adalah tulisan yang bercerita kembali lagi momen yang telah berlalu dengan apa yang ada, tanpa ada buatan. Ada tiga jenis tulisan narasi lagi ini. Pertama, narasi perseorangan, dapat diri sendiri atau seseorang (personal recount). Ke-2, narasi hidup seorang tokoh penting sebab karya serta jasanya buat sama-sama, seperti biografi serta autobiografi (biographical serta autobiographical recount). Serta ke-3 narasi tokoh riwayat atau momen bersejarah yang berperan pada perkembangan situasi (historical recount).
Yang akan saya tegaskan dalam tulisan ini ialah recount tipe pertama, yakni: personal recount. Sekaligus juga kita akan belajar dari Rekanan Kompasianer Senior Tjiptadinata Effendi melalui artikel recount-nya yang tampil mulai 19 Juni 2020 jam 05:00.
Bagaimana menulis pengalaman berbentuk recount?
Pertama, kita bikin tujuan supaya pembaca tulisan kita mengenali siapa subyek yang terjebak dalam momen, apakah yang berlangsung serta dimana dan kapan momen itu berlangsung.
Kita belajar dari Artikel Pak Tjip yang berjudul: Tehnologi Mengakibatkan Dunia Cuma Sejauh Jari Tangan
Pak Tjip menulis mengenai pengalamannya sendiri dalam hadiri gelar buku. Kalaulah disebutkan nama seorang kecuali Pak Tjip sendiri, orang itu yang mengakibatkan Pak Tjip alami momen, bukan untuk tokoh penting.
Tahun 2003 Saya bisa pesan dari bu Chandra -Editor PT Elekmedia Komputindo di Jakarta, yang didalamnya :"Pak Effendi, lagi ada dimana?" Serta saya jawab, lagi ada di Makasar, sebab akan pimpin Lokakarya teknik pengobatan alami.
Rupanya bersamaan saatnya Gramedia akan mengadakan Gelar buku di Gramedia Makasar Serta saya diharap bu Chandra supaya siap ada di waktu gelar buku itu, sebab dari sana ada buku-buku saya yang diedarkan oleh Elekmedia turut dipamerkan.
Tentunya saya menyetujui dengan suka hati, sebab kebetulan acara diselenggarakan malam hari serta saya tidak ada acara malam itu.
Kecuali nama subyek (Effendi, panggilan lain dari Tjiptadinata Effendi) serta nama moment, lewat tiga paragraf tujuan di atas, Pak Tjip memberitahukan pembaca jika acara gelar buku itu berlangsung 17 tahun yang lalu persisnya tahun 2003 di kota Makasar.
Dalam ceritanya, Pak Tjip membagi ceritanya di dalam tiga momen penting: tahun 2003, 2017 serta 2020.
Momen 2003 dikisahkan dalam 3 paragraf, yang semasing bercerita satu sub momen.
Dalam peluang itu, saya diharap untuk menerangkan mengenai apakah yang dimaksud dengan meditasi serta apa faedahnya, dan sekaligus juga memperagakannya.
Selesai menerangkan, saya diserang beberapa konsumen buku untuk diharap tanda-tangan.
Serta dengan suka hati saya layani semua sampai usai,supaya jangan ada yang pulang dengan sedih, sebab buku yang telah dibeli tidak memperoleh tanda-tangan saya. Kemudian saya telah lupakan mengenai insiden ini, sebab seringkali berlangsung.
Lewat tiga pararaf di atas, Pak Tjip menyampaikan 3 sub momen yang dirasakannya: menerangkan meditasi (paragraf pertama); diserang konsumen buku (paragraf kedua); serta tanda-tangani buku yang telah dibeli konsumen (paragraf ke-3).
Momen 2017 diberikan dalam 2 paragraf yang bercerita pertemuannya dengan Pak Dwi yang akui salah seorang fan yang menggempur serta minta Pak Tjip tanda-tangani buku yang telah dibelinya.
2017 Bertemu Salah Seorang dari Peminat Buku Saya di Perth
Dalam seminar The Secret of Alamiah Walking, yang diadakan di Joondalup Library, ada seputar 120 orang dari beberapa penjuru dunia.
Salah seorang dari Perserta, ialah pak Dwi (nama sebenarnya) yang dahulu bekerja di Makasar. Tiba menyalami saya serta menjelaskan, "Kemungkinan pak Effendi, telah lupa, 14 tahun kemarin, saya meminta tanda-tangan bapak, pada saat gelar buku di Gramedia Makasar. Baru sekarang kita bertemu di Australia."
Momen 2020 dikisahkan lebih detil dengan tanggal serta bulannya.
15 Juni 2020 Bertemu di Acara Alamiah Walking Dengan cara Virtual
Ambil tempat di Unit Apartemen lantai 3 di Filburn, Scarborough, saya serta istri turut dalam pekerjaan latih diri The Secret of Alamiah Walking.
Persertanya dari beberapa tempat, diantaranya dari Medan, Jakarta, Sydney, serta di Perth. Semua peserta bisa sama-sama menegur serta bisa dilihat melalui pesawat tv, sebab di sharekan dari sana.
Mendadak ada panggilan dari seorang pria, yang rupanya ialah pak Dwi yang pertama-tama saya temui di Makasar di tahun 2003 dan tahun 2017 berjumpa di acara The Secret of Alamiah Walking di Joondalup Library serta sekarang berjumpa dengan cara virtual di acaara yang sama.
Lewat 3 paragraf di atas, Pak Tjip sampaikan satu momen yang sangat membuat berkesan, yakni pertemuannya dengan Pak Dwi untuk kali ke-3 meskipun dengan cara virtual.
Menurut pengartian saya, kesan-kesan dalam itu yang memberikan inspirasi serta gerakkan Pak Tjip untuk menulis recountnya "Tehnologi Mengakibatkan Dunia Cuma Sejauh Jari Tangan."
Ke-3, kita mengakhiri narasi pengalaman kita dengan reorientasi. Yakni beberapa kata penutup yang didalamnya sampaikan kesan-kesan penulis, pesan kepribadian atau pelajaran yang dapat diambil dari narasi yang dirasakannya.